Wednesday, December 2, 2009

..shoes and history..




2005...
First bought it! At sportstation. Pas abis nganter mama ambil raport adek. Kepikiran ngajak dia jalan-jalan itung-itung refreshing. Sempet bingung pilih polkadot biru muda ataw pink. Final decision was pink. Disiksa Dipake pertama kali, besok paginya di kampus. "Bug-gedebag-gedebug!!!" pulang-pulang udah belepotan. Maklum,,baru setaun kuliah,,bawaan masa SMA masih ada,,,orang-orang hobi nginjekin sepatu baru.

Pertama kali dipake ngedate. Dinner at Waroeng Steak. Lanjut nonton Shutter di Jogja Movie Club yang waktu jaman segitu masih eksis abis (nonton kelas twenty one dengan harga layar tancep...ehm..enggak denk,,,tambahin dikit lah,,yang pasti under ten thousand rupiah...heran,,,dengan harga segitu knp skarang tutup??). Bareng mantan gebetan yang waktu itu still looks shiny for me.

2006...
Setahun berlalu. Sepatu kesayangan masih gagah, tegak berdiri menantang cakrawala,,penuh keyakinan menemani majikan(wheww...). Zukaaaaaaaaaaa bwanged sama dia. Heran, udah lebih dari 5 distro, 8 butik dan 3 mall yang dikunjungi,,gak ada yang sebagus dia. Fashion changed,,but it still in...love it!

Panas. Hujan. Panas. Hujan. Musim ujan tiba. Kuliah pagi-sore = berangkat kering-pulang basah. Dia jadi berat banged waktu basah. Sol basahnya yang terbuat dari karet membuatnya berdecit ketika bergesekan dengan lantai. Bantalan dalem dilapisi semacam spon tipis yang berbunyi mirip mencret pas diinjek "crreet...crreet" keren...njeng sempeh...

2007...
Pertama kali liet kembarannya. Si polkadot biru muda di kaki kiri langsing pemilik honda supra black yang lagi melesat di jalan gejayan arah demangan. Wow! definitely! she got high taste!
(baca : weitz! slera tinggi macem gue!).

Kepikiran buat bawa dia jogging menggantikan si tua northen star krem. Tujuh putaran lapangan. Dia pulang bulukan.

2008...
Dia mulai uzur. Sejak setahun yang lalu keseringan mandi dan disikat. Corak polkadotnya pudar. Warna pinknya lusuh di tumpuki siluet kuning gabungan deterjen + sinar matahari. Dikampus dia dilupakan. Kedua kaki berlari kesana kemari. Dilipat disana dan sini. Lem solnya lepas sedikit demi sedikit. Permukaannya mulai berlubang, kanan dan kiri di tempat yang sama. Iyap! anda benar! karena kuku jempol saya. Ku-ku jem-pol-sa-ya. Tepat sekali.

Kencan yang kesekian kali dengannya dikakiku. Pertama kali bertemu orang yang dicari. Pertama kali bersama orang yang tepat dengan sepatu butut dikaki. Iya,,emang gue kepedean. First date dengan sepatu butut. Perfecto! Toh akhirnya jadi...

Tepat. 23 Agustus 2008 di Iga Bakar jam delapan malam. Kaos merah lengan panjang. Logo jeans biru gelap. Sepatu pink butut (lagi). Jeruk dan nanas resmi jadian.

November 2008 dia menemaniku mengembara ke gunung mencari pencerahan. Cuma 2 pasang sepatu yang kubawa waktu itu. Sepasang sepatu plastik waterproof dan si pink bututku. Disini semua mulai terasa berat.

2009...
Dia mulai sakit-sakitan. Satu demi satu lapisannya mulai lepas. Lapis pertama kain dengan label merk. Lapis kedua spon tipisnya. Dibawah spon-nya ternyata sudah sangat rusak. Pelapis terakhirnya sudah robek-robek jadi beberapa helai terpisah. Itu yang menyebabkan air hujan selalu merembes masuk menyentuh kakiku saat berjalan pulang dari rumah sakit ketika hujan.

Si uzur masih belum menyerah. Dia masih sanggup menemaniku follow up-visite-jaga poli -jaga malam sampai suatu hari waktu visite bangsal anak bareng papi heru, dosen senior. Kami hendak mengunjungi HCU, bangsal steril yang mengharuskan kami melepas sepatu sebelum melangkah masuk. Dan beruntungnya pasien di bangsal itu adalah pasienku which is aku yang wajib melaporkannya langsung. Papi sudah berdiri di dalam, teman-teman semua didalam, aq memegang status pasien terburu-buru melepas sepatu memasuki ruangan. Aku berhasil! berlari memasuki ruangan tepat waktu dan melapor. Saat selesai membaca status aku menatap ke atas, tepat ke dalam kedua mata papi yang bagai elang menusuk jantungku (??). Hening. Kedua matanya mengarah kebawah. Kakiku. Mataku mengikuti. Kembali ke atas lagi. Masih mengikuti. Ane baru nyadarrrrr. Anjr****tttt!!!! Potongan-potongan lapisan terakhir si butut yang sebelah kanan nempel di bawah kaos kaki gueeehhhh dengan posisi menyilang gilang kesana kemari!! Busyet!!

Mataku kembali bertatapan dengan papi.  Muka merah padam. Papi geleng-geleng. Teman-teman cekikikan.
"ULANG!!!" kata papi kemudian.
Applause buat sepatu butut kesayangan yang udah berhasil dengan jumawa ngancurin idupku disaat yang tepat. That was the time when I decided that there will be no second chance for it. Walau selusuh apapun dia beracting,,gak bakalan meluluhkanku...
I'm sorry goodbye...

Stase anak berlalu,,stase terakhir taon itu. Liburanku tiba. Aku pulang dengan cita-cita membeli pengganti si pink,,yang modelnya kaya pink persis,,yang selalu on track,,gak pernah out of fashion and always casual for everything everywhere...

Tapi............gak adaaaaaaa!!! aku gak nemu yang kaya gitu,,dimanapun. Disetiap toko sepatu di jalan solo. Disetiap counter di mall. Di butik-butik. Di distro-distro. GAK ADA YANG KAYA SEPATU-PINK-POLKADOT-KU. Semua modelnya gak pas. Gak perfect diliet ato dipake. None fits me. Kutukan si pink. Karena aku membuangnya.

Akhirnya pilihanku jatuh pada sepasang abu-abu polos bersol karet putih produk dalam negri dengan harga sangat rendah. Yeps! pas dibilang sangat rendah artinya sangat rendah. Tapi dengan kualitas hampir sebagus pink.

Maafkan aku pink, kau harus pergi. Ikhlaskanlah hidupmu. Tugasmu berakhir sampai disini.
Kamu pensiun.
Sekarang yang kulakukan adalah menunggu. Menunggu sampai kapan abu-abu ini mampu bertahan. Apakah dia akan berhasil mengalahkan pink-ku yang jagoan??? Lihat saja nanti